Kalau bicara soal Sulawesi Selatan, janganki' cuma liat dari gedung-gedung tinggi, jalanan ramai, atau mall-mall besar. Ada satu hal yang lebih berharga dari itu semua, yang sudah turun-temurun diwariskan oleh nenek moyang ta, yaitu nilai budaya yang luar biasa: Sipakatau, Sipakalebbi, sama Sipakainge.
Nilai ini bukan cuma sekadar slogan ki', tapi betul-betul jadi napas hidup orang Sulsel sejak dulu. Tapi sekarang, di tengah zaman yang serba cepat ini, kadang ini nilai mulai dilupakan pelan-pelan. Padahal, justru ini yang bisa jadi pondasi besar untuk membangun Sulsel lebih maju lagi, lebih kuat lagi.
Apa Sipakatau, Sipakalebbi, Sipakainge Itu?
Mari kita kupas satu-satu biar lebih terasa maknanya:
- Sipakatau: dari kata "tau" yang artinya manusia. Jadi, saling memanusiakan satu sama lain. Kita dipanggil untuk memperlakukan semua orang dengan harga diri, tanpa membeda-bedakan. Mauki pejabat, mauki tukang becak, semua itu manusia yang punya derajat yang sama.
- Sipakalebbi: ini bicara soal menghargai, menghormati. Bukan cuma sebatas kata-kata manis, tapi betul-betul menjaga sikap, menjaga tutur kata, apalagi sama orang tua, guru, atau siapapun yang lebih tua dari kita.
- Sipakainge: saling mengingatkan dalam kebaikan. Bukan maki-maki, bukan menjatuhkan, tapi mengingatkan dengan hati yang penuh kasih sayang. Kalau salah, ditegurkan, tapi tetap dengan sopan dan bijak.
Kenapa Pentingmi Dipegang di Zaman Sekarang? Sekarang ini, dunia sudah makin maju. Handphone makin canggih, jalan tol makin banyak, sekolah makin tinggi. Tapi sayang, ada saja yang hilang pelan-pelan meninggalkan rasa hormat dan rasa kemanusiaan.
Banyakmi kita lihat sekarang di media sosial, orang gampangki maki orang lain. Beda pendapat sedikit, langsung saling caci. Di jalanan, banyak tongmi orang yang tidak sabar, potong jalan sembarangan. Bahkan di rumah pun kadang anak-anak kurangmi rasa hormat sama orang tua.
Padahal, kalau Sipakatau, Sipakalebbi, dan Sipakainge ini tetap hidup di hati ta, tidak adaji itu semua. Kita akan tetap hormat, tetap sabar, tetap saling bantu, saling jaga.
Apa Dampaknya Kalau Kita Hidupkan Lagi?
Coba bayanganki' kalau semua orang di Sulsel kembali hidupkan nilai ini:
- Di sekolah, murid-murid bukan hanya pintar pelajaran, tapi juga pintar menghargai teman dan guru.
- Di kantor, suasana kerja lebih nyaman, karena tidak adaji yang merasa lebih tinggi dari yang lain.
- Di pasar, penjual dan pembeli saling jaga kata-kata, tidak saling bentak.
- Di kampung-kampung, anak-anak kecil lebih sopan kalau ketemu orang tua, salim tangan, senyum.
Bukan cuma memperbaiki hubungan sosial, tapi ini juga memperkokoh ekonomi, politik, pendidikan, karena orang-orangnya saling percaya, saling topang.
Dampak Jangka Panjang
Kalau konsistenki pegang nilai ini:
- Investasi lebih banyak masuk, karena orang luar lihat Sulsel ini aman dan ramah.
- Anak-anak muda lebih percaya diri dan berbudi pekerti, bukan cuma pintar teori.
- Lapangan kerja bisa lebih luas, karena budaya kerja kita yang sopan dan profesional dihargai oleh banyak pihak.
Tantangan utamanya, jujur saja, adalah gaya hidup modern yang serba instan dan egois.
- Anak-anak sekarang lebih kenal TikTok daripada tahu arti Sipakatau.
- Banyak orang lebih pilih debat kusir di medsos daripada saling mendengarkan.
- Gengsi kadang lebih penting daripada rasa hormat.
Bagaimana Memulainya?
Mulai dari hal-hal kecil:
- Biasakanki ucap "permisi", "maaf", "terima kasih" setiap hari.
- Ajarkanki anak ta untuk salim tangan sama orang tua dan hormati gurunya.
- Janganki cepat naik darah kalau berbeda pendapat, belajar ki' dengar dulu.
- Jadikanki contoh di lingkungan ta, bukan cuma sekadar omongan.
Sulawesi Selatan bukan cuma kaya alamnya, tapi kaya budayanya. Dan tiga nilai emas ini, Sipakatau, Sipakalebbi, Sipakainge, adalah warisan paling berharga yang harus kita jaga.
Mariki hidupkan kembali nilai ini, bukan cuma di bibir, tapi dalam setiap perbuatan kita. Biar Sulsel ini bukan hanya dikenal karena pembangunan fisiknya, tapi juga karena ketulusan hati dan keindahan akhlaknya.
Karena sesungguhnya, membangun Sulsel yang lebih kuat itu bukan hanya soal gedung tinggi, tapi tentang membangun jiwa-jiwa yang saling menghargai, saling memuliakan, dan saling mengingatkan dalam kebaikan.
Aamiin.
No comments:
Post a Comment